Antibodi merupakan salah satu benteng tubuh yang berperan besar menahan serangan virus dan bakteri. Antibodi bisa disebut senjata karena bisa menyesuaikan diri dengan sifat kuman yang masuk. Namun, ada kalanya ia juga bisa tiba-tiba beringas dan menyerang tubuh kita sendiri.
Ada orang yang gampang sakit, sementara lainnya "tahan banting". Mengapa begitu? Antibodi jawabannya.
Menurut Prof. DR. Dr. Heru, Sp.PD KAI, internist allergist dari FKUI, antibodi adalah sejenis protein yang berfungsi melindungi tubuh. Antibodi dinamakan imunoglobulin (Ig). Ada lima jenis antibodi yang fungsinya berlainan. Tiap penyakit ditangangi antibodi berbeda.
Dibantu ASI
Antibodi ini, lanjut Prof. Heru, merupakan bagian penting dan sistem kekebalan tubuh kita. Mekanisme kerja sistem kekebalan tubuih adalah merespon ketika ada zat asing yang masuk tubuh.
"Ketika zat asing tersebut sudah lerdeteksi, sistem kekebalan tubuh akan menciptakan antibodi tertentu untuk mengatasinya. Contohnya, jika seseorang terkena penyakit A, tubuh akan memproduksi antibodi A agar di kemudian hari orang bersebut tidak terkena penyakit A lagi," paparnya.
Pada bayi baru lahir, pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna sehingga memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantunya. "ASI mengandung berbagai zat misalnya protein, vitamin, mineral, dan berbagai enzim untuk imunitas bayi," katanya.
Ditambahkan Dr. Intan Airlina Febiliawanti dari FKUI, hal ini juga merupakan prinsip kerja imunisasi. "imunisasi mengenalkan tubuh terhadap zat asing tertentu dengan cara yang tidak membuat sakit, tapi cukup untuk membuat tubuh memproduksi antibodi yang akan melindungi seseorang dari serangan penyakit itu di masa depan," katanya.
Melemah seiring usia
Makin dewasa, antibodi seseorang akan semakin kuat. Namun, antibodi juga bisa melemah seiring bertambahnya usia. "Imunitas tubuh bisa dijaga dan diperbaiki dengan pola hidup sehat, artinya sehat asupan makanan dan olahraga," kata Dr. Intan.
Konsumsi makanan sebaiknya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan perut, tapi juga mempertimbangkan kandungan nutrisi (dikenal sebagai makanan fungsional) agar daya tahan tubuh terjaga. Kecukupan konsumsi buah dan sayuran mutlak diperlukan karena kandungan vitamin, mineral, dan enzim selaku senyawa bioaktif sangat diperlukan tubuh.
Selain itu, olahraga rutin, tidur cukup, minum-cukup air putih juga dianjurkan, sehingga bisa mendetoksifikasi racun. Kurang tidur dan stres bisa memicu turunnya imunitas tubuh yang otomatis menurunkan kualitas antibodi.
Vitamin dan suplemen untuk memperkuat antibodi boleh saja. "Meski demikian, sampai saat ini efektivitasnya belum teruji sepenuhnya. Para ahli belum membulatkan suara. Sebagian mengatakan suplemen ada gunanya, sebagian lagi menyatakan tidak berpengaruh sama sekali pada antibodi," ujarnya.
Meski bertugas sebagai pasukan pembela tubuh, antibodi juga bisa berkhianat. Pada situasi tertentu, sistem imun salah mengenali bagian tubuh sebagai benda asing. Akibatnya, antibodi berbalik menyerang tubuh sendiri. Ini disebut penyakit autoimun.
Penyakit autoimun bisa terjadi karena berbagai hal, mulai dari virus hingga sebab yang belum jelas seperti pada lupus atau skleroderma. Untuk kasus autoimun, sebaiknya menemui ahli penyakit dalam, hematologi, atau ahli medis yang mendalaminya," ujar Prof. Heru.
Ref : http://kesehatan.kompas.com
Ada orang yang gampang sakit, sementara lainnya "tahan banting". Mengapa begitu? Antibodi jawabannya.
Menurut Prof. DR. Dr. Heru, Sp.PD KAI, internist allergist dari FKUI, antibodi adalah sejenis protein yang berfungsi melindungi tubuh. Antibodi dinamakan imunoglobulin (Ig). Ada lima jenis antibodi yang fungsinya berlainan. Tiap penyakit ditangangi antibodi berbeda.
Dibantu ASI
Antibodi ini, lanjut Prof. Heru, merupakan bagian penting dan sistem kekebalan tubuh kita. Mekanisme kerja sistem kekebalan tubuih adalah merespon ketika ada zat asing yang masuk tubuh.
"Ketika zat asing tersebut sudah lerdeteksi, sistem kekebalan tubuh akan menciptakan antibodi tertentu untuk mengatasinya. Contohnya, jika seseorang terkena penyakit A, tubuh akan memproduksi antibodi A agar di kemudian hari orang bersebut tidak terkena penyakit A lagi," paparnya.
Pada bayi baru lahir, pembentukan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna sehingga memerlukan ASI yang membawa sistem kekebalan tubuh sang ibu untuk membantunya. "ASI mengandung berbagai zat misalnya protein, vitamin, mineral, dan berbagai enzim untuk imunitas bayi," katanya.
Ditambahkan Dr. Intan Airlina Febiliawanti dari FKUI, hal ini juga merupakan prinsip kerja imunisasi. "imunisasi mengenalkan tubuh terhadap zat asing tertentu dengan cara yang tidak membuat sakit, tapi cukup untuk membuat tubuh memproduksi antibodi yang akan melindungi seseorang dari serangan penyakit itu di masa depan," katanya.
Melemah seiring usia
Makin dewasa, antibodi seseorang akan semakin kuat. Namun, antibodi juga bisa melemah seiring bertambahnya usia. "Imunitas tubuh bisa dijaga dan diperbaiki dengan pola hidup sehat, artinya sehat asupan makanan dan olahraga," kata Dr. Intan.
Konsumsi makanan sebaiknya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan perut, tapi juga mempertimbangkan kandungan nutrisi (dikenal sebagai makanan fungsional) agar daya tahan tubuh terjaga. Kecukupan konsumsi buah dan sayuran mutlak diperlukan karena kandungan vitamin, mineral, dan enzim selaku senyawa bioaktif sangat diperlukan tubuh.
Selain itu, olahraga rutin, tidur cukup, minum-cukup air putih juga dianjurkan, sehingga bisa mendetoksifikasi racun. Kurang tidur dan stres bisa memicu turunnya imunitas tubuh yang otomatis menurunkan kualitas antibodi.
Vitamin dan suplemen untuk memperkuat antibodi boleh saja. "Meski demikian, sampai saat ini efektivitasnya belum teruji sepenuhnya. Para ahli belum membulatkan suara. Sebagian mengatakan suplemen ada gunanya, sebagian lagi menyatakan tidak berpengaruh sama sekali pada antibodi," ujarnya.
Meski bertugas sebagai pasukan pembela tubuh, antibodi juga bisa berkhianat. Pada situasi tertentu, sistem imun salah mengenali bagian tubuh sebagai benda asing. Akibatnya, antibodi berbalik menyerang tubuh sendiri. Ini disebut penyakit autoimun.
Penyakit autoimun bisa terjadi karena berbagai hal, mulai dari virus hingga sebab yang belum jelas seperti pada lupus atau skleroderma. Untuk kasus autoimun, sebaiknya menemui ahli penyakit dalam, hematologi, atau ahli medis yang mendalaminya," ujar Prof. Heru.
Ref : http://kesehatan.kompas.com