Kamis, Januari 27, 2011

Kisah Kota Tiga Iman

Dalam sejarah dunia, tidak pernah ada sebuah kota yang begitu krusial posisinya seperti Jerusalem. Islam, Yahudi dan Kristen menjadikan kota yang satu ini sebagai kota suci. Dan darah selalu mewarnai penulisan sejarahnya.

Kota Jerusalem, memiliki sejarah panjang yang selalu berkaitan dengan iman. Sebelum tahun 1947, wilayah ini berada di bawah koloni Kerajaan Inggris. Tapi gerakan Zionis yang kian gencar, pada tahun-tahun itu membuat pemerintaah Inggris akhirnya menyerahkan mandat kepada dunia internasional, yang diwakili oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa.

Peristiwa ini dipicu oleh kelompok teroris Yahudi radikal yang berusaha mewujudkan dan merebut tanah Palestina. Satu di antara kelompok teroris itu adalah Irgun. Kelompok ini mempelopori perpindahan para pengungsi Yahudi yang selamat dari kejaran Nazi untuk masuk ke Palestina. Beratus-ratus ribu orang Yahudi, yang sebagian besar dari Eropa, diselundupkan masuk untuk menduduki wilayah Palestina.

Pemerintahan Inggris di sana, menolak keras arus balik diaspora yang berkedok pengungsi ini. Dan hal ini membuat kelompok teroris Irgun, marah besar pada Inggris yang dianggapnya setali tiga uang dengan Nazi. Lalu, peristiwa penting yang mengubah keadaan pun terjadi. Irgun meledakkan Hotel King David yang menjadi markas angkatan bersenjata Inggris di wilayah itu. Tak kurang dari 91 tentara Inggris terbunuh dan puluhan lagi luka-luka. Dan ini membuat pemerintahan Inggris kalang kabut, lalu menyerahkan wilayah Palestina pada PBB, yang saat itu baru berdiri dan masih seumur jagung.

29 November 1947, Sidang Umum PBB digelar dengan mengajukan rancangan pembagian negara antara Palestina dan Israel yang sangat menguntungkan pihak Yahudi. Maklum, lobi Zionis memang telah berakar bahkan sejak PBB mulai dibentuk. Kesepakatan lain dalam sidang tersebut adalah membentuk Corpus Separatum yang menempatkan Jerusalem dan Bethlehem di bawah kontrol dunia. Rancangan yang akhirnya dimenangkan 1 dengan voting oleh pendukung Zionis ini sebetulnya tepat seperti rancangan yang diajukan Zionis sendiri pada Agustus 1946.

Meski negara-negara Arab menolak dan tak setuju, suara mereka seperti terbang terbawa angin. Tak berarti apa-apa, karena memang tak memiliki kekuatan. Dan sejak itu hingga kini, perkembangan negara Zionis Israel seperti yang kita saksikan, begitu brutal, kejam, penuh tindakan terorisme pada penduduk kota suci itu, baik yang beragama Islam maupun yang Nasrani.

Tapi kisah kota ini sungguh lebih panjang dari ingatan sejarah.

Orang-orang Yahudi yakin, bahwa wilayah ini adalah Tanah yang Dijanjikan. Tempat pernah berdirinya kerajaan yang dibangun Raja Daud dan tempat berdirinya Haikal Sulaimah atau Kuil Sulaiman. Tapi sepanjang argumentasu penduduk Palestina, tak pernah ada satu bukti pun ditemukan untuk menguatkan bahwa Kerajaan Daud dan Kuil Sulaiman pernah berdiri di atas tanah sengketa ini. Satu-satunya pernyataan tentang hal ini, hanya terdapat di dalam Injil, yang seperti diketahui, sudah tak bisa disebut perawan. Karenanya, banyak orang Palestina yang menganggap ini hanya mitos belaka.

Sebaliknya, orang-orang Yahudi pun menyerang kaum Muslim dengan argumentasi serupa. Palestina dan Jerusalem yang dijadikan tempat suci karena menjadi titik perjalanan Rasulullah ke langit dan bertemu dengan Allah, lalu menjadi kiblat pertama umat Muslimin, tak pernah sekalipun diakui mereka. Bagi kaum Yahudi, kisah tersebut tak lebih dari isapan jempol semata. Absurd dan mitos, karena tak mungkin seorang manusia melakukan perjalanan ke langit untuk menemui Tuhannya. Peristiwa Isra’ Mi’raj ini oleh orang-orang Yahudi dianggap hanya mitos belaka, karenanya Muslim tak mempunyai hak klaim atas tanah Palestina.

Sedang Nasrani punya kisahnya sendiri. Bagi mereka, Jerusalem adalah tempat suci karena dari tanah ini ajaran Jesus bermula. Dan dari tanah ini drama penyaliban terjadi, sebuah periode hitam yang justru mencerahkan keimanan mereka. Peristiwa ini berawal dari penangkapan Jesus di Taman Getsemani dan berakhir di pucuk Bukit Golgota di tiang salib bertuliskan Inri. Dengan pekik terakhir, “Elli, Elli, lama sabakhtani.”

Kelak peristiwa ini yang dijadikan alasan utama mengusiran kaum Yahudi dari Palestina. Periode pengusiran Yahudi yang ke sekian kalinya dalam sejarah. Mereka terlunta-lunta, berdiaspora tak tentu arah, ke Afrika, Eropa, Asia, lalu kemudian masuk ke Amerika.

Dalam sejarah Islam, kota ini pernah menjadi pusat penting pembangunan peradaban. Selain pernah dijadikan kiblat dalam shalat, beberapa dinasti kekhalifaan juga menempatkan kota ini sebagai simbol penting. Bahkan kelak memberikan nama Al-Quds yang berarti Tanah Suci.

Kota ini pernah menjadi tempat yang benar-benar makmur dan menjadi persemaian tiga iman dengan subur. Kaum dzimmi (orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tinggal di wilayah Muslim) mendapat perlindungan yang layak, di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman yang memerintah pada tahun 1520 sampai 1566.

Kala itu Jerusalem menjadi tanah harapan bagi orang-orang Yahudi yang telah terusir sebelumnya oleh orang Nasrani. Baik yang dulu berasal dari Palestina maupun penduduk Yahudi yang diusir dari Spanyol oleh Imperium Kristen di sana. Dan bagi umat Nasrani sendiri, Jerusalem tetap menjadi tempat yang aman, nyaman dan tentram di bawah pemerintahan Muslim.

Berdasarkan sebuah catatan dari ahli sejarah Yahudi dari Italia, David dei Rossi yang menulis pada tahun 1535, oran-orang Yahudi bisa menduduki kursi jabatan dalam pemerintahan. Diakui kesaksiannya dalam pengadilan, disahkan otonomi komunitas mereka dan dilindungi oleh hukum Islam di sana. Kaum Yahudi mendapatkan semua kemuliaannya dibawah pemerintahan Islam, sebuah kondisi yang tak bakal bisa mereka dapatkan di Eropa yang mereka sebut tanah pembuangan. Catatan ini termaktub dalam sebuah buku Jewish Life Under Islam : Jerusalem in the Sixteenth Century yang ditulis Amnon Cohen.

Saat saat itu, ketiga penganut agama besar di dunia hidup dalam harmoni di tanah suci. Tapi ketika hukum alam berjalan, ketika kalah dan menang dipergilirkan, sejarah mendapatkan pelajaran yang besar atas apa yang disebut dengan akhlak dan moralitas manusia.

Tapi jauh sebelum itu, ketika kerajaan-kerajaan Kristen memegang tampuk kekuasaan, terjadi pembasmian besar-besaran atas kedua umat agama lain, Islam dan Yahudi. Bahkan ketika Perang Salib meletus untuk pertama kalinya, digambarkan kota ini berada dalam genangan darah sedalam mata kaki pada abad ke-11, kota ini pernah mendapat gempuran yang sangat dahsyat sebanyak tiga kali dari hasil seruan Paus Urbanus II. Paus yang nemanya ditulis dengan tinta darah ini memerintahkan agar seluruh kerajaan Kristen di Eropa menghentikan perang saudara yang mereka lakukan. Sebagai gantinya, mereka harus melakukan perang suci pembebasan.

Mereka memerangi Muslim Palestina, tanpa mengetahui sama sekali kenapa Muslim wajib diperangi. Padahal, kaum Yahudi, yang dianggap telah membunuh dan membantai Yesus di tiang Salib berdiri tepat di depan hidung mereka. Dengan iming-iming surga dan bidadari , mereka pergi dari Eropa memikul senjata untuk berperang ke Palestina.

Tahun 1099, Jerusalem berhasil ditaklukkan. Dan selama tiga hari setelah itu, Pasukan Salib berpesta pora dengan pembantaian. Tak kurang dari 40 ribu penduduk kota ini dibantai dengan berbagai cara yang paling keji dan tak pernah dibayangkan oleh manusia. Laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak-anak, tak ada yang disisakan. 10.00 Muslim yang berlindung di bawah atap Al-Aqsa dibantai dengan kejam. Orang-orang Yahudi dikumpulkan di dalam sinagog-sinagog, dibakar hidup-hidup dan dipancung kepala mereka.

Dalam sebuah kutipan di buku The First Crusade: The Account of Eye Witnesses and Participant oleh August C. Krey, seorang bernama Raymond von Aquiles mengatakan, ” Aku menceritakan kebenaran ini melebihi kekuatan kepercayaanmu. Di Bait Allah dan Serambi Sulaiman, para pria berjalan dengan darah naik sampai ke lutut mereka dan tali kekang kuda. Sungguh, ini adalah hukuman paling adil dan luar biasa dari Tuhan bahwa tempat ini seharusnya dipenuhi dengan darah orang-orang kafir karena ia telah lama menderita oleh sebab perilaku mereka yamg menghujat Tuhan.”

Dan, jika kini kebiadaban terjadi lagi di tanah yang sama, dengan pemain yang berbeda, semua hanya memastikan bahwa Allah dan Rasul-Nya benar semata. Kaum Muslimin tak pernah dibiarkan oleh orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Mereka akan memerangi kaum Mulimin dengan segala daya. Dan Yahudi, seperti firman Allah, adalah yang paling keras di antaranya.

“Sesungguhnya, kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik... ” (Q.S. Al Maidah: 82)

~Catatan kaki no. 4 dari buku Kebangkitan Freemason & Zionis Di Indonesia : Di Balik Kerusakan Agama-agama oleh Herry Nurdi

http://halimahch.wordpress.com/
Rata Penuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...