Kamis, Maret 29, 2012

Hikmah - Cacat


Seorang pemikul air di India mempunyai dua wadah air yang besar. Masing-masing wadah itu digantungkan pada kedua ujung kayu yang kemudian dipikul oleh si pemikul air. Salah satu wadah air itu retak, sedang wadah lain sempurna dan selalu berisi penuh sejak dipikul dari sungai sampai ke rumah tuannya. Adapun wadah yang retak hanya bisa membawa air separuhnya saja.

Kejadian ini berlangsung selama dua tahun. Wadah yang sempurna tentu saja merasa bangga akan prestasinya. Tapi wadah yang cacat merasa malu atas ketidaksempurnaannya, dan merasa sedih karena ia hanya bisa membawa separuh dari jumlah air yang seharusnya.

Setelah dua tahun dari apa yang dianggapnya sebagai kegagalan pahit, ia akhirnya berbicara kepada si pemikul air di tepi sungai., “aku malu kepada diriku sendiri, dan aku minta maaf kepadamu."

“Mengapa, ?” Tanya si pemikul air. “Apa yang kau malukan ?”

“Selama dua tahun ini aku hanya dapat mengantarkan air separuh dari wadahku. Retak tubuhku membocorkan air sepanjang jalan ke rumah tuanmu. Karena cacatku ini, maka kau harus bekerja lebih berat: kau tidak mendapatkan hasil sesuai dengan jerih payahmu,” keluh wadah itu.

Si pemikul air merasa kasihan kepada wadah yang cacat itu, lalu dengan penuh haru ia berkata, “Dalam perjalanan ke rumah tuanku nanti, ku harap kau memperhatikan keindahan bunga-bunga yang tumbuh di sepanjang jalan.”

Memang benar ! Ketika mereka mendaki pegunungan, wadah yang cacat itu melihat di sepanjang jalan tumbuh bunga-bunga indah yang diterpa hangatnya sinar matahari pagi. Pemandangan ini sedikit menghibur hatinya. Namun, pada akhir perjalanan ia kembali bersedih mengetahui air yang disimpannya tinggal separuh karena bocor sepanjang jalan. Ia kemudian meminta maaf lagi atas kegagalannya.

Si pemikul air berkata kepadanya, “Tidakkah kau perhatikan, bahwa bunga-bunga itu hanya tumbuh di sisi yang kau lalui., bukan di sisi wadah yang lain ? itu karena aku mengetahui kelemahanmu lalu memanfaatkannya. Aku menanam benih di sepanjang jalan yang kau lalui. Setiap hari, setelah aku mengambil air dari sungai, kau menyirami benih-benih itu. Selama hampir dua tahun, aku bias memetik bunga-bunga indah untuk menghias meja tuanku. Bila keadaanmu tidak demikian, tidak akan bisa mendapatkan keindahan itu dalam rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...