Kamis, Juli 19, 2012

Mendidik, Mengulang Tanpa Lelah

Setelah kesekian kali dengan begitu terharu melihat The Miracle Worker ...

Menjadi pendidik bukan sesuatu hal yang mudah. Memberitahukan ilmu sekali, mengulangnya sekali, sekali lagi dan sekali lagi. Semuanya berulang sampai pada titik dimana ‘siswa’ kita mulai bisa mengerti dan memahami apa yang kita ajarkan.

Dalam kisah The Miracle Worker, Annie berjuang keras memperkenalkan abjad kepada Helen yang buta, tuli dan juga bisu. Dia memulainya dari awal, mulai dari hal kecil yang ada di sekitarnya. Memberikan boneka dan mengajarkan ejaan kata D-O-L-L ( boneka ) di telapak tangan Helen. Ini bukan hal yang mudah, Annie berusaha memberikan makna dari setiap kata yang diajarkannya. Berhatap Helen bisa mengerti bahwa kata / benda yang ditunjukkannya memiliki hubungan, bahwa setiap benda memiliki nama dan setiap nama ada bentuk bendanya.

Betapa sulitnya membayangkan menjadi pendidik seperti Annie. Dari awal dia sudah diragukan bisa mengajar karena latar belakangnya yang sama, pernah mengalami kebutaan. Juga sikap Annie yang tanpa belas kasihan mendidik Helen yang masih emosional untuk bisa disiplin. Semua itu semakin sulit dengan keadaan keluarga Helen yang begitu melindungi dan memanjakannya dengan memenuhi semua keinginan Helen. Dengan tekad yang kuat untuk mengubah Helen, Annie mencoba sistem baru dengan mengusulkan penanganan secara privat terhadap Helen yang saat itu begitu ketakutan dan terus-menerus menghindari Annie. Dengan waktu terbatas yang diberikan keluarga tersebut, Annie mengajari sendiri Helen berbagai macam benda dengan sandi tangan, mulai dari benda-benda yang ada di dalam rumah juga yang ada di sekitar rumah kebun yang berada tidak jauh dari rumah keluarga tersebut.

Dengan terus mengenalkan nama-nama benda dan Helen pun masih sering terbalik menyebutnya, Annie tanpa lelah terus mengulangnya. Dan akhirnya usaha Annie berhasil, Helen bisa memahami apa itu air, merasakannya dan membedakannya dengan benda-benda lain.

Begitulah, mendidik berarti mengharuskan kita mengulang terus-menerus apa yang kita ajarkan untuk bisa dipahami orang lain. Mengulang juga berarti membiasakan. Saat kita mendidik anak tentang kejujuran dan kedisplinan, kita harus memberikan contoh dan mengulang serta membiasakannya untuk berbicara dan juga bertindak jujur. Jika semangat kita adalah tanpa lelah, maka keberhasilan yang kita dapat.

Menjadi pendidik berarti secara otomatis menempa diri kita sendiri untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Kuat dalam hal sifat dan karakter, juga tangguh dalam fisik maupun kepribadian. Ini yang menjadi motivasi diri kita untuk bisa mendidik diri kita sendiri sebelum menyampaikan pendidikan kepada anak-anak atau orang lain. Tidak pernah berhenti belajar, tidak langsung merasa puas dengan apa yang sudah dimiliki. Terus meng-eksplorasi kemampuan agar berkembang tanpa batas. Memperluas pengetahuan dan up-to-date dalam arus kemajuan tekhnologi yang semakin pesat dan informasi yang begitu cepat menyebar ke penjuru dunia.

Mari kita menyimak sejenak Munif Chatib dalam Gurunya Manusia, “ Gurunya manusia adalah guru yang punya keikhlasan dalam mengajar dan belajar. Guru yang punya keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswa berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas akan berintrospeksi apabila ada siswa yang tidak memahami materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar sebab mereka sadar, profesi guru tidak boleh berhenti untuk belajar ”.

Tidak boleh berhenti untuk belajar, yang berarti mengulang dan membiasakan, tanpa lelah dan pantang menyerah. Semoga pendidik yang mengajari kita atau pendidik yang ada di sekitar kita, juga yang lebih penting lagi kita sendiri bisa, menjadi pendidik yang memiliki semangat ‘ Mendidik, Mengulang Tanpa Lelah’.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...